Tantangan Besar di Balik Angka Inflasi: Bagaimana Pemilu 2024 Akan Terpengaruh?


Tahun 2023 memberikan kabar baik bagi perekonomian Indonesia dengan inflasi yang terkendali di kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) sebesar 3,0±1%. Meskipun pada Desember 2023 tercatat inflasi sebesar 2,61%, lebih rendah dari bulan sebelumnya, beberapa faktor mendukung penurunan tersebut.

Faktor utama meliputi kinerja produksi dan pasokan yang terus membaik, terutama untuk komoditas pangan dan energi. Kebijakan stabilisasi harga dari pemerintah dan BI, seperti subsidi energi dan pangan, juga berkontribusi. Pemulihan ekonomi yang semakin kuat menjaga permintaan domestik tetap stabil.

Meski demikian, kita tidak bisa lengah dari beberapa faktor potensial yang masih menjadi pemicu kekhawatiran terkait inflasi. Hal ini perlu menjadi perhatian serius, mengingat pengaruhnya terhadap Pemilu 2024.

Pengaruh Inflasi terhadap Pemilu 2024

Inflasi tidak hanya memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi juga dapat menciptakan gejolak politik. Secara langsung, kenaikan inflasi dapat merugikan daya beli masyarakat, menyebabkan kewaspadaan dalam pengeluaran, dan berpotensi menurunkan konsumsi. Dampak ini, tentu saja, dapat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Tidak hanya itu, inflasi juga dapat merambah ke ranah politik secara tidak langsung. Tingginya tingkat ketidakpastian ekonomi dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dengan potensi menurunkan tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintahan. Situasi ini, pada gilirannya, dapat memengaruhi hasil Pemilu 2024.

Pilihan calon juga akan terpengaruh oleh tingkat inflasi yang tinggi. Masyarakat cenderung memilih pemimpin yang dianggap mampu mengatasi tantangan ekonomi, termasuk masalah inflasi. Oleh karena itu, inflasi memiliki potensi untuk memainkan peran kunci dalam persaingan antar calon.

Prospek Inflasi Tahun 2024: Antara Harapan dan Risiko

Saat melihat ke depan, prospek inflasi tahun 2024 terlihat cerah dengan perkiraan tetap terkendali di kisaran sasaran BI sebesar 2,5±1%. Faktor-faktor positif, seperti kinerja produksi yang membaik, kebijakan stabilisasi harga yang terus diterapkan oleh pemerintah dan BI, serta pemulihan ekonomi yang diharapkan akan berlanjut, memberikan optimisme.

Namun, seperti setiap cerita yang memiliki dua sisi, terdapat pula risiko-risiko yang dapat merongrong kestabilan inflasi. Kenaikan harga pangan lokal sebagai dampak dari cuaca ekstrem dan bencana alam di beberapa wilayah Indonesia, serta kenaikan harga energi akibat konflik global seperti perang Rusia-Ukraina yang belum mereda, menjadi risiko yang perlu diwaspadai.

Pemerintah dan BI diharapkan untuk tetap waspada terhadap perubahan situasi global yang dapat mempengaruhi inflasi. Harga komoditas global, terutama energi dan pangan, serta ketidakpastian politik dan ekonomi di tingkat global, menjadi variabel yang perlu dipantau secara cermat.

Sebagai penutup, menjaga inflasi tetap terkendali bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan BI. Partisipasi aktif masyarakat dalam memahami dan memonitor situasi ekonomi menjadi kunci untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan politik yang diperlukan menuju Pemilu 2024 yang adil dan transparan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Beradaptasi di Kalimantan Tengah buat Perantauan Jawa Agar tidak terjadi Cultural Shock

Meme dan Politik: Senjata Ampuh atau Bumerang?

Dampak Kenaikan Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Skenario Multiplayer Efeknya