Postingan

Cerita lucu biar ga serius terus

Gambar
Disebuah daerah didaerah Batak, ada kakak beradik bernaama Poltak dan Ucok. Mereka terkenal bandel. Saking bandelnya semua orang selalu mengaitkan semua kejadian kriminal ke mereka, mulai judi sampai maling ayam.. Ibu mereka pusing melihat kelakuan keduanya dan membawa mereka ke pendeta. Dipanggilah mereka satu satu mulai dari Poltak. Pendeta : "Poltak, ibu kau sudah tua, gak kasian kau lihat dia?" Poltak diam, sambil ngupil tidak menjawab. Pendeta bertanya dengan seulas senyum : "Poltak, kau tahu tuhan dimana?" Poltak tetep cuek Pendeta maih sabar walaupun mulai kesal : "Poltak, kau tahu tuhan dimana?" Poltak mulai bingung, dia menelan ludah menatap mata Pendeta yang tajam sangar. Ngeri dan takut juga dia. Pendeta pun mulai emosi. Dengan suara keras dan membentak dia bertanya lagi."Tuhan ada dimana Poltakkkkk?" Poltak berteriak sambil berlari keluar."Aku tidak tahu." Dipintu keluar nPoltak bertemu dengan kakaknya Ucok Ucok "Kenapa

Refleksi Pertanyaan "Perempuan di Hutan bersama Beruang vs Pria"

Gambar
 Diskusi mengenai "lebih memilih diserang oleh beruang atau laki-laki" menghasilkan dua pendapat yang dominan: pertama, pemahaman terhadap alasan banyak perempuan memilih 'beruang', dan kedua, penolakan dengan menganggap perempuan lebay atau tidak waras karena memilih opsi pertama. Beruang merupakan predator dengan naluri memangsa. Peluang bertahan hidup manusia hanya sekitar 30% jika berhadapan dengan beruang liar, mengingat cakarnya yang seukuran 2x kepala manusia. Namun, beruang biasanya hanya menyerang ketika merasa terancam atau ketika anakannya dalam bahaya. Meskipun ada peningkatan serangan beruang saat musim hiking, kita memiliki panduan untuk menghindarinya. Jika ada perempuan hilang di hutan dan diserang oleh beruang, tidak ada yang akan menyalahkan perempuan tersebut, melainkan beruang yang dianggap berbahaya. Laki-laki, meskipun tidak sekuat beruang, memiliki kemampuan untuk menyerang perempuan, didukung oleh kekuatan fisiknya yang melebihi perempuan secar

Parenting ala Sahabat Ali bin Abi Thalib

Gambar
Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat Nabi (Khulafaur Rasyidin), yang merupakan sepupu, sekaligus menantu Rasulullah (suami dari Fatimah Az-Zahra). Ada sebuah ungkapan Ali yang cukup fenomenal mengenai pendidikan anak yakni “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”. Ungkapan ini memberikan gambaran kepada kita bahwa dalam Islam kita diajarkan untuk mendidik anak sesuai dengan zamannya, karena ilmu bersifat dinamis dan selalu berkembang, jadi metode pengajarannyapun harus berbeda dan menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan yang akan mereka hadapi di masa depan. Ali bin Abi Thalib selanjutnya membagi 3 tahap parenting dalam mendidik anak, agar apa yang kita metode pengajaran yang digunakan orang tua sesuai dengan perkembangan dan porsinya. 3 tahap tersebut yakni : Tahap pertama usia 0-7 tahun, perlakukan anak seperti

Mengembangkan Argumen yang Persuasif

Gambar
Menyusun argumen yang kuat dan meyakinkan merupakan keterampilan penting, baik dalam menulis esai maupun memperdebatkan di media sosial. Namun, tantangannya adalah membuat argumen yang menarik dan mampu mengubah pikiran orang lain, terutama saat kita sangat yakin dengan poin-poin kita sendiri. Saat kita terlalu yakin dengan pendapat kita, sulit untuk memahami mengapa orang lain mungkin berbeda pendapat. Kadang-kadang, kita malah menganggap mereka bodoh atau tidak bermoral. Namun, membangun argumen dari sudut pandang bahwa lawan kita bodoh atau jahat akan membuat sulit untuk meyakinkan mereka. Sebaliknya, ketika kita kurang yakin dengan perspektif kita, membangun argumen yang kuat juga menjadi sulit. Tanpa keyakinan, argumen cenderung tidak memiliki kekuatan atau koherensi yang cukup. Dalam menyusun argumen, penting untuk membuatnya sesederhana mungkin. Fokuslah pada satu ide yang kuat dan hindari menggabungkan terlalu banyak alasan yang berbeda. Argumen yang fokus dan tepat cenderung l

I'm with Force to You

Gambar
Silent depths, the seed lies still A world within, a destiny to fulfill Being-in-itself, the essence concealed Potential untold, yet to be revealed Through the darkness of earth's embrace It yearns for the light, a longing trace In itself, the promise of life's bloom Yet fate may decree a darker doom Unseen forces shape its silent plea A dance of shadows, of destiny Being-in-itself, a whispered sigh A seed of hope, beneath the sky But in the end, what does it mean? To be in itself, yet never seen? A tragic tale, of potential lost In the silent depths, at great cost

Menjadi Bahagia sebagai Bentuk Balas Dendam

Gambar
Sebagai manusia yang berusaha untuk terus berkembang dan memahami diri sendiri, saya sering menghabiskan waktu sebelum tidur untuk merenung. Ini adalah waktu yang berharga bagi saya untuk mengevaluasi tindakan dan sikap yang saya ambil dalam hidup saya. Seringkali, proses ini melibatkan refleksi atas hubungan interpersonal, terutama dengan mereka yang pernah menjadi bagian penting dari kehidupan saya. Saat merenung, saya teringat akan komentar seorang teman tentang berteman dengan mantan. Pertanyaan itu menggugah pemikiran saya tentang bagaimana saya mengelola hubungan masa lalu, khususnya ketika ada konflik atau ketidaksepakatan. Saya mengingat momen ketika ada sedikit ketegangan antara saya dan pasangan karena saya memilih tidak memblokir mantan saya dari kontak saya. Meskipun demikian, saya tidak pernah merespon kebencian dengan kebencian. Saya memilih untuk membiarkan orang lain mengekspresikan diri mereka dengan bebas, bahkan jika itu berarti mereka mengeluarkan amarah atau kekece

Memahami Toksiknya Tontonan Generasi Milenial dalam Contoh Kekerasan dalam Tom and Jerry

Gambar
Di era digital saat ini, pertanyaan tentang pengaruh tontonan terhadap generasi muda, khususnya tontonan yang mengandung muatan kekerasan, semakin mendapat sorotan. Salah satu contohnya adalah serial kartun klasik, Tom and Jerry, yang telah menjadi ikon budaya bagi banyak orang di seluruh dunia. Namun, apakah kita telah memahami dengan baik dampak toksik dari tontonan semacam ini? Tom and Jerry, yang pertama kali diproduksi pada tahun 1940-an, terkenal dengan adegan-adegan kekerasan antara kucing (Tom) dan tikus (Jerry) yang selalu berusaha untuk saling menjatuhkan. Penciptanya, William Hanna dan Joseph Barbera, adalah bagian dari generasi yang terpengaruh oleh perang dunia kedua. Dugaan bahwa mereka mengalami sindrom pasca-trauma dari pengalaman perang mereka telah menjadi topik perdebatan yang hangat. Kekerasan dalam Tom and Jerry, seperti kejatuhan dari ketinggian, ledakan, dan pukulan, seringkali dianggap sebagai bahan humor yang menghibur. Namun, ketika ditinjau lebih dalam, kita