Dampak Perang Dagang AS-China terhadap Ekspor Indonesia


Sejak tahun 2018, Amerika Serikat (AS) dan China terlibat dalam perang dagang yang meningkat, menciptakan gelombang ketidakpastian dalam dunia perdagangan global. Sengketa ini, dengan pengenaan tarif dari kedua belah pihak, mengguncang arus perdagangan internasional. Tetapi, seberapa jauh Indonesia, sebagai mitra dagang ketiga, terpukul oleh ketegangan ini?

Sebuah studi dari Universitas Airlangga mencoba merangkai jawaban atas pertanyaan ini. Pertama-tama, kita harus memahami peran Indonesia dalam Rantai Nilai Global (GVC). Dalam periode 2000-2014, ekspor bruto Indonesia meningkat pesat, dengan nilai tambah domestik yang mencapai 82-85%. Meskipun Indonesia memiliki proporsi nilai tambah domestik yang tinggi, sebagian besar produk diekspor sebagai bahan baku atau barang setengah jadi.

Dengan eskalasi tarif impor antara AS dan China, terdapat ketidakpastian mengenai bagaimana pasar global akan bereaksi. Jika AS memberlakukan tarif 25% pada produk China, konsumen AS dapat merespons dengan berbagai cara: beralih ke produk domestik, mencari alternatif dari negara lain, atau terus mengimpor produk China dengan harga lebih tinggi.

Namun, Indonesia terhubung dalam rantai produksi global. Jika Cina dan mitra Asia menggunakan input dari Indonesia, kenaikan tarif dapat membawa dampak tidak langsung pada ekspor Indonesia. Misalnya, penurunan permintaan terhadap barang China yang mengandung bahan baku Indonesia dapat merugikan ekspor Indonesia secara tidak langsung.

Dalam studi simulasi, Universitas Airlangga memperlihatkan bahwa tarif bilateral AS-China sebesar 25% dapat berdampak pada ekspor Indonesia senilai $370 juta. Namun, jika China dan AS beralih ke pasar Asia lainnya, yang dapat memproduksi barang substitusi, dampak negatif terhadap Indonesia dapat diredakan.

Selanjutnya, penelitian melihat dampak terhadap daya saing Indonesia. Kenaikan harga akibat tarif dapat menyebabkan penurunan daya saing ekspor Indonesia. Respons yang tinggi terhadap perubahan harga ekspor dari China menunjukkan bahwa Indonesia semakin rentan terhadap perubahan dalam perdagangan global.

Dalam konteks Global Value Chains, Indonesia menghadapi situasi kompleks. Setiap perubahan 1% pada harga ekspor China dapat menyebabkan perubahan signifikan pada permintaan ekspor Indonesia. Meskipun nilai tambah Indonesia tidak mudah disubstitusi oleh negara lain, simulasi menunjukkan bahwa Indonesia tetap terdampak oleh perang dagang AS-China.

Dengan pendekatan nilai tambah, simulasi menunjukkan bahwa perang dagang AS-China berdampak kecil pada ekspor Indonesia. Meskipun AS memberlakukan tarif 5% pada barang China, dampak pada permintaan value-added export Indonesia terhitung kecil.

Secara keseluruhan, sementara dampak langsung perang dagang AS-China terhadap Indonesia mungkin terbatas, ketidakpastian global dan perubahan dalam rantai nilai produksi dapat membawa dampak tak terduga. Indonesia perlu memantau perkembangan ini dengan cermat untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi ketidakpastian perdagangan global yang terus berlanjut.

referensi Bacaan
https://unair.ac.id/dampak-perang-dagang-antara-amerika-serikat-dan-china-terhadap-ekspor-indonesia/ 

https://doi.org/10.3390/su14053093 

http://www.accessecon.com/Pubs/EB/2021/Volume41/EB-21-V41-I4-P205.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepatah Jawa dalam Percakapan Masyarakat Melayu Malaysia

Peran Uang dan Kredit Makro dalam Membangun Dunia Pasca Perang Dunia II

Rahasia di Balik Kesuksesan Global Orang Jerman