Jangan Sepelekan Oposisi! Inilah Alasan Mengapa Demokrasi Butuh Pengawasan


Dalam sistem politik apa pun, harapan tentang terwujudnya "demokrasi ideal" seringkali terdengar utopis. Namun, satu hal yang pasti: demokrasi yang sehat tidak diukur dari keseragaman suara, melainkan dari keberagaman perspektif yang mampu dipertahankan di dalamnya. Oposisi bukanlah hambatan, melainkan sebuah kekuatan yang justru menggerakkan demokrasi agar tidak stagnan atau malah terjebak dalam kesalahan kebijakan yang dibiarkan tanpa koreksi.

Kebijakan pemerintah, bagaimanapun bentuknya, selalu melibatkan keputusan-keputusan yang mempengaruhi banyak orang. Jika hanya satu suara yang terdengar dan dominasi kekuasaan dipegang sepenuhnya tanpa adanya pengawasan, potensi kekeliruan menjadi semakin besar. Oposisi hadir sebagai kontrol yang diperlukan untuk menyeimbangkan kekuasaan. Seperti halnya fungsi rem pada mobil, oposisi memperlambat jika kendaraan kebijakan melaju terlalu cepat ke arah yang keliru. Tanpa kontrol ini, pemerintah bisa jatuh ke dalam jebakan otoritarianisme terselubung, di mana kebenaran didefinisikan hanya oleh mereka yang berkuasa.

Gotong royong yang sering kita banggakan sebagai bagian dari budaya bangsa tidak berarti menghilangkan perbedaan pendapat. Justru dalam perbedaan itulah letak kekuatan gotong royong sebenarnya. Perbedaan pendapat adalah bahan bakar untuk inovasi dan perubahan. Bayangkan jika semua orang dalam masyarakat hanya sepakat tanpa mempertanyakan. Ketika sebuah kebijakan ternyata merugikan masyarakat luas, siapa yang akan memperingatkan? Dalam demokrasi, oposisi berfungsi sebagai pengingat bahwa kebenaran bisa muncul dari berbagai sudut pandang.

Sejarah mencatat, banyak kebijakan penting yang akhirnya diubah, diperbaiki, atau bahkan dibatalkan karena suara dari oposisi yang kritis. Tanpa oposisi, reformasi agraria di Indonesia mungkin tidak akan berjalan. Tanpa oposisi, perjuangan anti-korupsi mungkin terhambat. Suara yang berbeda—selama diungkapkan dengan konstruktif—justru menjadi penyelamat demokrasi itu sendiri.

Oleh karena itu, demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang memberi ruang bagi perbedaan pendapat. Idealnya, ada keseimbangan antara pemerintah yang mengusulkan kebijakan dan oposisi yang mengkritisi. Demokrasi tidak seharusnya sekadar menjadi ajang untuk memenangkan kekuasaan, tetapi lebih sebagai arena untuk memastikan bahwa kekuasaan yang ada digunakan demi kebaikan bersama. Dan itulah tugas oposisi: mengawasi, mengoreksi, dan pada akhirnya, memperkuat demokrasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Beradaptasi di Kalimantan Tengah buat Perantauan Jawa Agar tidak terjadi Cultural Shock

Dampak Kenaikan Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Skenario Multiplayer Efeknya

Meme dan Politik: Senjata Ampuh atau Bumerang?