Kopi dan Revolusi

 


Pada akhir abad ke-17, kedai kopi di Inggris berkembang pesat sebagai pusat diskusi dan pertukaran ide di kalangan masyarakat. Namun, pada 29 Desember 1675, Raja Charles II mengeluarkan proklamasi yang melarang keberadaan kedai kopi, dengan alasan bahwa tempat-tempat tersebut membuat orang mengabaikan tanggung jawab sosial dan mengganggu stabilitas kerajaan. 

Meskipun demikian, pelarangan ini tidak berlangsung lama dan tidak sepenuhnya efektif. Kedai kopi tetap menjadi tempat berkumpulnya intelektual dan pedagang, meskipun dengan pengawasan yang lebih ketat. Berbeda dengan Prancis, di mana kafe-kafe seperti CafĂ© Procope menjadi pusat pertemuan para tokoh revolusioner yang membahas ide-ide perlawanan terhadap monarki, di Inggris, kedai kopi tidak berkembang menjadi pusat gerakan revolusioner yang signifikan. 

Salah satu faktor yang membedakan adalah struktur politik dan sosial di kedua negara. Inggris telah mengalami perubahan signifikan melalui Revolusi Glorious pada tahun 1688, yang mengurangi kekuasaan absolut monarki dan memperkuat peran parlemen. Perubahan ini menciptakan saluran bagi aspirasi politik dan sosial tanpa perlu melalui revolusi berdarah. Sebaliknya, di Prancis, ketidakpuasan terhadap monarki absolut dan kurangnya saluran politik yang efektif mendorong masyarakat untuk berkumpul di kafe-kafe dan merencanakan revolusi.

Dengan demikian, meskipun kedai kopi di Inggris berfungsi sebagai tempat diskusi, pembatasan dan pelarangan yang diberlakukan tidak secara langsung mencegah terjadinya revolusi. Faktor-faktor politik dan sosial yang berbeda antara Inggris dan Prancis memainkan peran lebih besar dalam menentukan jalannya sejarah di kedua negara tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pepatah Jawa dalam Percakapan Masyarakat Melayu Malaysia

Konstruksi Sosial dalam Membimbing Manusia**

Peran Uang dan Kredit Makro dalam Membangun Dunia Pasca Perang Dunia II